Wednesday, September 4, 2019

But I Can't.

When things don't work out our way, do we say yaudahlah or yakali gini doang?

What do we do when we wanted to hold a star in our hands, but ended up holding a sunflower with our friends? Is it a good thing or a bad thing? How does a star and a sunflower compare against each other?

I even wanted to fly too close to the sun. Just for a while is okay, but I wanted it to last as long as my wings would take me. Crashing and burning is always part of the job.

Sunday, August 11, 2019

Shitposting at night.

Candu! Gila kali mereka yang bisa bertahan!

Kalian pernah ga sih? Ngerasain perasaan semacam ini? Perasaan yang cuma bisa aing jelasin dengan kata-kata ngambang kek "anxious, angry, yet sad and missing something at the same time". Please, aing kurang berumur dan berilmu untuk bisa tau satu kata yang cocok buat menggambarkan perasaan itu. Tapi apakah perasaan kek gitu punya efek yang sama buat kita semua? Iya kita, aku dan kamu yang lagi baca ini, siapapun kamu. Apakah kalian punya perasaan kayak gitu? Dan kalo punya, apa kalian setuju bahwa itu CANDU dengan caps lock? Silahkan kontak aing kalo mau jawab secara pribadi.

Perasaan kayak gini muncul ke diri aing sebenernya dengan cara yang cukup mudah diprediksi. Karena perasaan itu munculnya setelah aing melakukan beberapa hal, yang bahkan ketika aing sengaja melakukan hal itu, perasaan itu tetap muncul. Ngerti gak sih anehnya? Biasanya ketika kalian, misal deh, jatuh cinta (with any and all interpretations of those three words as you see fit), pasti ada perasaan-perasaan "aneh" yang muncul kan? perasaan yang bisa muncul, dengan suatu kombinasi yang pas, yang akan dan hanya akan muncul kalo klean jatuh cinta.
Sampai situ setuju? *macam mario sepuh*

Lalu, bayangkan lagi, kalian sengaja jatuh cinta. Maksudnya gimana nih sengaja? Kalian pura-pura jatuh cinta. Kenapa kalian pura-pura? Ya gatau, bayangin aja dulu coba. Oke nih, pura-pura yak. Kira-kira apakah perasaan-perasaan aneh dari paragraf tadi itu bakal muncul? No, I don't think so. Kayaknya.

Disclaimer: itu semua di atas cuma proving a point aja, biar klean bisa ngebayangin. Penulis is in no way affiliated with the content above WKWK kamu keren kok hey anak 98!

Point aing apa? Balik lagi ke atas. Baru sadar ternyata aing bakal melakukan banyak hal ya untuk menjelaskan suatu hal minor yang menjadi bagian sebuah hal mayor. Jelasin panjang2 yang minor, terus yg mayornya ga sempet dijelasin. NIH KAYAK SEKARANG JUGA.

Balik lagi. Itu perasaan anxious angry etc., etc. itulah yang aing rasakan sekarang, dan triggernya jelas. Anehnya, ketika trigger itu bahkan aing sengajain, perasaan itu tetep muncul. Apakah aing ga sehat mental (?) Apakah aing mikir terlalu pake hati, atau aing kebanyakan berempati dengan otak sendiri? Tapi itu sering jadi bahasan diskusi aing dengan stakeholder-stakeholder pikiran dan hati aing sendiri sih. Oh iya, jadi intinya pikiran aing suka indecisive karena gitulah, aing berkonsultasi dengan pikiran dan hati aing dulu seringnya sebelum menentukan sesuatu.

Bahasan diskusi yang sering tadi, tuh maksudnya aing tuh sehat ga ya? Menurut kalian, apakah sehat untuk menulis hal-hal semacam ini di tempat yang cukup publik dan accessible untuk semua orang yang tau address web ini? Apakah sehat aing memegang sesuatu dari 5-6 tahun lalu? 

Apakah I am being myself ketika aing melakukan hal-hal karena suatu keharusan? tugas akhir, dengan segala keindahan dan keagungannya, aing lakuin seikhlas mungkin dan hasilnya pun cukup membanggakan. Tapi apakah aing ingin nulis sekitar 2-3 kata per menit di word (rerata) dengan total menit (sejauh ini) sebesar 5000 menit aing habiskan? apa ketika aing punya pilihan untuk ga ngambil TA (tanpa konsekuensinya), aing bakal tetep ngerjain TA? tentu saja engga. I'd rather do things yang membuat aing merasa be myself dengan lebih lagi. Aing ingin bikin lagu. Aing ingin main game. Aing ingin nulis, aing ingin denger lagu, aing ingin nonton serial dan film-film rekomendasi (lisan maupun tanpa kesengajaan) dari orang-orang, aing ingin tidur dan mandi dalam keadaan hangat, aing ingin punya uang aing ingin punya keluarga aing ingin main terus sama temen-temen aing ingin bisa kayak seseorang. 

Apakah I am being myself dengan keinginan-keinginan macam itu?

Final words of the day: I've found you, in more ways than one but less ways than thirty. Is that a good thing or not, we will see.





--
23.26
11 Agustus 2019
tahun ini tanpa satu ekor pun hewan yang disembelih di depan mata saya

APK

Sunday, May 19, 2019

Jumlah? Bukan, Belasan.

Have you ever felt that this world is all about you? Have you ever wondered that, maybe, just maybe.. that the guy riding a motorcycle beside you on a red light is actually just a "programmed being", an NPC for you gamers out there, capable of only basic things (riding a motorcycle towards their "home") just to fool us into thinking that they have entire lives and children and memories? What if they don't? What if they DON'T have memories and lives, and are actually just there to enhance our perspective on this world, just to ensure that MY life is going as god's plan? What if this world is about god testing you, and ONLY you? That other people in your life, even your closest friends or greatest nemesis(-es?) are controlled by god, and you, you alone, are not?

Tentu saja, bukan aku yang pertama kali mikir kayak gini kan yak. Ada "Simulation theory", atau "simulation hypothesis", yang mem-propose bahwa hidup ini sebenernya adalah ciptaan in a literal sense, yaitu sebuah universe di dalam sebuah universe - entah milik siapa. Teori ini bilang kalo segala perspektif kita terhadap dunia (semua yang kita rasakan dengan kelima indera) tuh sebenernya direkayasa, hasil kodingan seseorang (atau banyak orang) (atau bukan orang) di luar sana yang punya suatu tujuan tertentu dengan kita. Segala yang kita rasain tuh simulasi, semacam game, kalian pernah kan main game? Bayangkan versi super advanced dari sebuah game, taroh headset VR di kepala kita, dimana kita bisa meraba, mencium dan mengecap (ditambah melihat dan mendengar yang udah bisa kita lakuin di game sekarang), dan.. bukankah itu udah mirip hidup kita sekarang?

Kuakui, emang agak beda sih, teori semacam "heliosentris" paragraf satu di atas dengan teori simulasi ini yang barusan, karena kalo satunya bener maka ga otomatis satunya benar ataupun salah, dan vice versa. Tapi coba lanjutin dulu aja deh, semoga ntar kalian dapet maksud aku kayak gimana.

Lalu, menurutku gimana? Well, aku masih percaya adanya Allah SWT sebagai tuhan yang maha esa. Maka dari itu, kemungkinan hidup kita ini simulasi! 

Aku bukan orang yang paling islami banget (kalian udah tau sih pasti), tapi aku masih percaya, without a shadow of doubt, bahwa Allah exists, dan dia emang sedang menguji kita sekarang. Banyak, kok pengalaman hidup aku yang membuktikan pernyataan aku tadi itu, tapi ga perlu lah aku buka semuanya disini HEHE.

Tapi, terus gimana? Jadinya, karena aku percaya adanya tuhan, maka kemungkinan besar hidup kita ini simulasi. Iya ga sih? Let me break it down.

Mari kita asumsikan, for argument's sake, bahwa di dunia ini ada tuhan, dan mari kita sama-sama setuju aja dulu biar argumennya jalan. Siapa sih, tuhan itu? Beda untuk setiap agama, betul. Tapi apakah kita semua bisa setuju bahwa tuhan menciptakan dunia ini? (atau punya andil besar di dalamnya, semisal menciptakan sebuah makhluk yang menciptakan dunia ini). Semisal iya, maka coba kita liat lagi kalimatnya. "Tuhan menciptakan dunia ini". Ketika kita buat kalimat ini jadi pasif, korelasinya lebih keliatan lagi dengan teori simulasi barusan: "Dunia ini diciptakan oleh tuhan". Kenapa ada korelasinya? tentu karena argumen teori simulasi ini berjalan ketika premis awal dipenuhi, yaitu "dunia ini diciptakan, bukan udah ada dari dulu". Karena dunia ini "diciptakan", maka kita simpulkan ada "awal" dari dunia ini, dan itu bertentangan dengan pandangan bahwa "dunia ini udah ada dari dulu", dengan dimensi waktu sebagai pembedanya. 

Intinya, dunia ini ciptaan. Ciptaan siapa? di argumen ini (dan yang aku pribadi percaya), ciptaan tuhan. Tapi terlepas dari itu, dunia ini ciptaan. Valid untuk masuk ke teori simulasi? valid. Mantep.

Seketika kalian udah percaya pandangan ini, maka harusnya ga susah bagi kalian untuk ngeliat possibilities yg mengitari pandangan ini. Muncul banyak pertanyaan lagi kan? Kenapa tuhan nyiptain dunia ini, kenapa tuhan menciptakan baik dan buruk, bukan baiknya aja. What are our purposes in life? Hal-hal semacam itu. Aku sih gabakal ribet sama pertanyaan2 itu (karena sebagian udah kejawab di Al-Qur'an, tapi juga) karena bukan itu yang aku bahas sekarang.

Jadi, tuhan itu siapa di simulasi ini? Berarti tuhan itu adalah pencipta simulasi ini. Kita ga punya data yang cukup (kalo kita ga ngambil tulisan-tulisan di kitab agama sebagai data) untuk mengambil argumen bahwa apakah tuhan punya universe-nya sendiri, terus apa yang dia gunakan untuk menciptakan dunia ini, apakah emang inherent power dari seorang tuhan, atau dia telah menciptakan juga suatu alat untuk mengontrol dan menciptakan universe kita sekarang ini, entahlah. Tapi inget, terlepas gimanapun, teori ini masih valid untuk teori simulasi. Inget, selama dunia ini diciptakan, maka teori simulasi bisa (ga pasti atau harus, tapi bisa) valid. Dan kita establish bahwa tuhan itu penciptanya.

Kenapa aing nulis ini?

Intinya mungkin suatu hal terjadi pagi tadi yang membuatku question reality as it is, apakah aing hidup di dunia ini cuma sendiri dan orang2 lain cuma semacam bot, semacam AI. Ataukah itu pandangan yang terlalu egosentris, yang ga masuk akal, kenapa tuhan cuma mau nguji aing out of ALL other people in this world, mungkin yang jauhhh lebih beriman dibanding aing, kenapa aing doang yang diuji?

Karena hal yang terjadi tadi pagi membuatku mikir, some twisted irony just happened in my life yang kayak cuma bisa ditulis di script film gitu deh, bukan yang bakal ada di kehidupan dunia ini. Sesaat ketika aing udah ngerasa ingin settle down, ingin yakin, ingin percaya bahwa "yaudah gas dengan dia!", tibatiba shit happens

Dan sekarang tinggal bertanya ke diri sendiri, 어떻게?

Aing nulis sendiri pake keyboard korea, keren ga?

Doain aing bisa belajar bahasa korea fokus di liburan ini (semuanya: aamiin).

--
19 Mei 2019
When rainbows and sunshine got a f*kin stormy surprise

Wednesday, March 20, 2019

Inspirasi! (lagi)

Ini hari yang cukup.. spesial buat aing. Dan aing bakal mendedikasikan tulisan ini untuk kespesialan ini, semoga terus menginspirasi!

Hari ini bukan hari yang cukup baik buat aing sih. Kebahagiaannya bener-bener harus aing usahain, ketika kemarin-kemarin kebahagiaan itu datangnya dari lingkungan. Aing harus berusaha juga, sih, untuk kebahagiaan yang datang dari lingkungan itu. Tapi agak ngerasa pathetic aja gitu ga sih wkwk, ketika kebahagiaan aing datangnya dari cara nonton youtube dan ngedenger musik.

Tapi kebahagiaan itu cukup aing syukuri sih. Aing belajar bahwa dalam hal-hal kecil pun, seseorang di nan jauh sana bisa membahagiakan orang lain di belahan ujung dunia lainnya. Ini ngomongin TWICE btw WKWKWK.

Mungkin keliatan fanatik kali yak wkwk, ketika dengan nonton cewek-cewek kayak gitu aja aing bisa bahagia. Mungkin keliatan malah brengsek aja gitu kali, semisal ada yang mikir bahwa kebahagiaan aing datangnya dari seksualitas mereka. Sebenernya, aing mau klarifikasi (?) bahwa bukan itu yang aing liat dari TWICE. Tontonlah beberapa video musik mereka, dan kalian mungkin masih berpikir "oh, ini sama aja kayak girl group lainnya, yang menjual tubuh dan seksualitas mereka untuk jadi visual eye candy atau semacamnya lah. Dan mungkin aing gabakal bilang itu salah, karena pada hakikatnya emang bener TWICE itu cuma girl group biasa. Grup yang menjadikan performa mereka dilihat dan diagung-agungkan oleh (mostly) pria-pria di sana dengan fantasi-fantasi mereka, yang mungkin sebagian besar tidak terlalu.. bermoral lah.

Tapi mungkin coba deh lihat video-video personal mereka, semacam VLive, atau apalah gitu. Apa yang aing dapet dari situ, emangnya? Aing mendapat bahwa mereka tuh semacam definisi idol yang menurut aing positif. Lihat deh, gimana mereka berperilaku di depan kamera, gimana mereka cerita-cerita tentang hari mereka, gimana mereka menunjukkan solidaritas mereka sebagai girl group. Gimana Jihyo menunjukkan prowess dia sebagai pemimpin grup itu, gimana Nayeon jadi kakak-kakak mereka semua, gimana Momo menunjukkan kebolehan dia -yang sangat jago, secara pribadi aing--dalam menari. Gimana Jeongyeon jadi kakak rese yang nyuruh bersihin ini itu di kamar masing-masing, gimana keanggunan seorang Mina dalam balet, gimana Sana dengan charmnya sendiri dan dengan pikirannya sendiri yang aing anggap paling lucu di antara mereka semua, gimana Chaeyoung jadi rapper muda yang mungkin ga berbakat amat, tapi keliatan banget cintanya terhadap musik, gimana Tzuyu dengan kecantikannya dan ke-straight-forward-an dia yang ngakak walaupun paling muda di antara mereka semua. Dan terakhir, gimana Dahyun telah menginspirasi aing.

ANJIR FANBOY BANGET POST INI WKWKWK tapi yaa blogspot ini jadi tempat keluh kesah aing, bodo amat sih. Aing terinspirasi dengan Dahyun. Cek lah Dahyun yang lagi main piano, dan--entah ini akting atau bukan sebenernya--ekspresi dia yang sangat sangat aing idamkan dari sebuah wanita. Kenapa bisa aing bilang gitu? Itu menurut aing, sebuah ekspresi ketika kayak merasa "bodo amat sama dunia ini, aing sedang bahagia nih main piano". Itu hal yang menurut aing admirable banget dari seorang idol. Gimana cara dia ketika nge-dance itu ekspresinya adalah semacam "aing lagi seneng banget aing lagi enjoy banget". Gimana dia dengan suaranya (ini agak gajelas, tapi bear with me deh), iya, suaranya, walaupun ga bagus2 amat dalam nyanyinya, tapi lucu aja gitu. Pernah ga sih, denger suara orang, terus seneng aja dengernya? Itu yang aing rasakan dari dia. Itu mungkin emang bukan hasil kerja keras dia, aing akui, itu bawaan lahir wkwk. Tapi aing ga ngerasa bahwa aing butuh alasan untuk mengagumi orang. Sama kayak cinta ga sih?

Jadi, buat kalian para wanita yang jago main piano, kalian punya keanggunan yang lebih di mata aing HAHA. Main biola juga sih, main gitar pun, drum, dan lain segalanya, tapi ga kayak piano kalo di mata aing. Main piano, menurut aing, involves sebuah hal yang susah aing jelasin, tapi bener-bener appealing banget. Entah dari postur tubuh ketika lagi main piano, entah karena piano sendiri suaranya lembut dan.. vulnerable gitu, entahlah. Sebuah keanggunan yang beda dibanding wanita yang main gitar atau drum atau lainnya lah. 

Post ini aing buat untuk menghargai beberapa orang di hidup aing yang telah menginspirasi aing. Mungkin pernah baca dari post-post aing sebelumnya yang ngomongin inspirasi juga, bahwa aing ga semudah itu terinspirasi. Tapi ya itulah, emang ga mudah, tapi somehow TWICE bisa masuk list itu wkwkwk. Coba deh cek video-video mereka (lagi), dan mungkin banyak yang setuju dengan aing bahwa mereka ga ngikutin banyak girl group lain yang mengedepankan seksualitas mereka, bukan. TWICE mempermainkan kata-kata sifat semacam "lucu" dan "lugu" dibanding dengan "seksi". Dan itu aing senengin banget. Ga menarik ga sih buat aing, dengan konsep grup cewek-cewek muda yang keliatan cantik doang dan nyanyi-nyanyi lagu heavy auto-tuned yang bahkan ga mereka buat sendiri. Makanya aing ga suka (beneran) girl group lain selain TWICE. Tapi TWICE beda. 

Walaupun gitu, tetep sih menurut aing TWICE sekarang girl group nomor satu kalo tentang kecantikan mereka wkwkwk. 


Kenapa di sini aing nulis panjang tentang TWICE? karena aing ingin yang baca ini tau bahwa blogspot ini emang tempat keluh kesah aing untuk hal2 ga penting juga selain yang penting wkwk. Dan, juga karena aing emang beneran mengagumi mereka segitunya sih. Ga kayak Arctic Monkeys, Michael Buble, Sheila On 7, Taylor Swift, Maroon 5, Feast, Danilla, Banda Neira, Figura Renata dan musisi-musisi lain yang aing kagumi karena perspektif musiknya. Lagu-lagu TWICE pun sebenernya bagus kok, ketika kalian denger lagu-lagu side B (yang biasanya ga dijadiin video musik) yang aing rasa lagu-lagu yang bukan untuk menarik pasar, tapi karena kecintaan aja terhadap musik. Rekomendasi dari aing meliputi semacam Turtle, Ice Cream, After Moon, Sunset, Like a Fool, dan banyak lagi.

Mungkin suatu saat pun aing mengulas musisi-musisi lain yang aing sebutin barusan, sebagai bentuk apresiasi terhadap mereka yang telah mengubah hidup aing, sedikit maupun banyak. 

Terima kasih banyak buat dia (WKWK) yang baru saja sekitar minggu-minggu ini menginspirasi aing, terutama inspirasi buat terus menulis. Aing lupa kebahagiaan yang aing dapet dengan menulis, makanya aing udah lama ga update blog ini kan. Dan dia telah mengingatkan aing, jadi terima kasih banyak! Semoga aing juga bisa melakukan hal yang sejenis, dan lebih lagi.

Sebentar lagi aing lulus (Oktober) (Aamiin). Doakan aing yak! Banyak hal-hal yang aing sedihkan dari masa-masa kuliah ini, terutama hal-hal seperti langit sore Bandung Timur yang menemani aing dan seseorang ketika kita foto-foto depan sebuah gedung yang nanti ia datangi dengan bahagia. Seperti gimana dia minjem jaket aing, gimana dia tetep seperti dia yang dulu aing kenal walaupun kita ada di kampus yang jauh berbeda, gimana dia terlihat bahagia aja. Sebuah kebahagiaan yang menular gitu, pernah ngerasain ga sih? Ketika seseorang itu bahagia aja udah cukup buat kita senyum. Itu yang aing sedihkan. Dan terutama karena dia yang memutuskan pergi dari hidup aing, dengan alasan yang sampai sekarang ga aing pahami dengan benar. Itu yang aing sedihkan.

Tapi kalo kamu lagi baca ini, tenang aja. Aing belajar banyak kok dari maneh, terutama tentang kebahagiaan dan kesedihan serta pengaruhnya di hidup aing, tapi aing tau maneh tidak menginginkan aing di sini. Jadi aing udah officially pamit dengan bayang-bayang maneh di pikiran aing, dan semoga stays that way. Ketika kita bertemu lagi suatu saat nanti, aing berharap kita bisa mulai lembaran baru sih. Bukan dengan hubungan yang spesial dan mengikat, tapi dengan hubungan temen aja. Terima kasih juga! Dan aing menyesal sebenernya nulis ini di blogspot wkwkwk malu jir menunjukkan vulnerability aing di depan orang-orang random yang mungkin baca ini, temen ataupun bukan. Tapi aing gamau ngehapus ini, aing bersikeras. Semoga dengan nulis ini pun aing bisa lebih baik menjalankan hidup aing! Meng-acknowledge kesedihan hidup adalah salah satu cara untuk maju ke depan, bukankah begitu?

20 Maret 2019
22.37
Apartemen Maul (Makasih maul!), dengan kondisi badan yang demam dan ga bisa ngerjain tugas apaapa, pula dengan ingatan bahwa besok harus ngurusin LPJ.
Nikmatin aja, gil! Masa-masa ini bakal maneh kenang kok.

Thursday, June 14, 2018

Tranquility Base Hotel & Casino - Ulasan Amatiran


Bagi kalian para penggemar Arctic Monkeys, sekilas cukup mudah disimpulkan bahwa album kali ini sangatlah berbeda dari album-album sebelumnya. Ketika masih dalam tahap produksi, Tranquility Base Hotel & Casino diharapkan oleh para penggemarnya untuk menjadi sebuah album baru dengan semua aspek-aspek ke-Arctic Monkeys-an lama yang selama ini para penggemar cintai. Karena, sesungguhnya mengapa tidak? Para penggemar sudah tidak sabar lagi. Ingat, album mereka sebelum yang ini, AM, yang memberi kita semua judul-judul yang "catchy" dan "sangat sing-along-able" seperti Do I Wanna Know?Arabella, serta R U Mine?, dirilis tahun 2013. 

Tranquility Base Hotel & Casino rilis pada tanggal 11 Mei 2018. Setelah dibiarkan lima tahun menunggu, penggemar Arctic Monkeys disuguhi santapan yang, sepertinya, bukan yang mereka "biasa" pesan. Tidak lagi dipenuhi oleh figur Arctic Monkeys sebagai penyedia brit-rock kontemporer yang mereka cinta, namun album kali ini dipenuhi oleh hal-hal baru - bagi penggemar, pula bagi Alex Turner sendiri sebagai singer-songwriter-producer dari album ini - yaitu suara, serta nada lagu yang akan kita dapatkan selayaknya kita sedang duduk di lounge sebuah hotel (dan kasino) dengan live band di depan kita. Tidak lagi muncul pertunjukan kepiawaian Matt Helders sebagai drummer, seperti  yang kita dengarkan pada lagu-lagu pada album Favourite Worst Nightmare (2007). Tidak lagi muncul heavy overdrive - seperti tombol yang rusak dan tidak bisa lepas - pada gitar Jamie Cook dan Alex Turner dengan chord progression selayaknya band brit-rock (walaupun efek overdrive dan flange masih terdengar cukup jelas) selayaknya lagu-lagu pada album Suck It and See (2011). Semua itu, dan masih banyak lagi, telah ditinggalkan begitu saja oleh Alex Turner dkk. 

Tentu saja, dengan perubahan ini, banyak penggemar merasa kecewa. Beberapa teman kuliah saya merasakan hal itu pula, pun banyak review dari para kritikus mancanegara di luar sana. Rolling Stone memberikan mereka dua bintang dari skala satu sampai lima [1], dan The Guardian memberikan tiga dari lima [2]. Mereka beranggapan bahwa, kutipan dari Rolling Stone,

"... they've tried a stylistic change-up that doesn't quite work. No shame in that. Sometimes restless artistry has a price. "

Terlepas dari itu, saya masih berpikir bahwa album ini adalah Arctic Monkeys yang tetap klasik, sama seperti dulu. Mengapa?

Seorang (ataupun empat orang) seniman dinilai berdasarkan banyak hal. Salah satunya adalah kontribusinya bagi seni, namun juga tentang bagaimana seni tersebut dapat disukai orang banyak - karena penikmat seni adalah manusia, dan selayaknya manusialah yang dapat menilai. Sebagian pula dari proses manusia "menikmati" seni adalah dengan mendapatkan apa yang dijanjikan/diharapkan. Namun, di sisi lain, seniman tidak bisa hanya mengandalkan kebahagiaan penikmatnya untuk bisa terus berseni. Seniman butuh pula kebahagiaan untuk dirinya sendiri, kebahagiaan dalam menghormati sebuah seni itu sendiri. Tanpanya, seniman-seniman tersebut memproduksi karya seni demi memenuhi pasar, tanpa seni itu sendiri bisa merefleksikan emosi ataupun pesan yang ingin seniman tersebut sampaikan.

Seniman kini dilanda sebuah konundrum, sebuah masalah yang harus dia pecahkan setiap kali dia memproduksi karya seni: yang manakah yang akan didahulukan, penikmat seni ataukah seni itu sendiri. Terkadang (atau bahkan seringnya), kedua hal ini berseteru - pasar menghendaki A namun pesan yang ingin disampaikan hanya dapat dikemas dalam bentuk B. Menurut saya, seperti itulah konundrum yang Alex Turner rasakan ketika menulis lagu-lagu pertama dari album ini. Penggemar menginginkan kembali AM, Whatever People Say I Am, That's What I'm Not dan album-album critically-acclaimed lainnya yang mereka suka.

Alex Turner ingin mengeksplorasi dirinya sendiri. Dengarkan lagu She Looks Like Fun, terdengar (dan dapat jelas terbaca di liriknya) bahwa Alex Turner sesungguhnya sedang bercanda, kawan-kawan. Lihatlah pada bagian chorus (apabila bagian itu memang bisa disebut chorus):

Good Morning
Cheeseburgers
Snowboarding

Dan bagian chorus keduanya:

Bukowski
Dogsitting
Screwballing

Alex Turner bercanda, kawan-kawan. Dia mengetahui salahsatu aset terbesar Arctic Monkeys adalah salah satu aset terbesarnya dia sendiri, yaitu sebuah aksen kental british yang "seksi". Alex mengetahui itu, dan dia bercanda dengan melemparkan kata-kata yang, per pengetahuan saya, sangat tidak jelas artinya, pun apabila ada. Dia sedang bercanda, seperti sedang ditantang teman sebayanya untuk "saya ingin lihat kemampuanmu menulis lagu, Alex. Saya tantang kamu untuk membuat kata 'Bukowski' terdengar bagus".

Selain itu, terdengar di lagu Star Treatment sebuah sindiran:

I'm gonna run for government
I'm gonna start a covers band and all

Banyak contoh-contoh candaannya yang lain, seperti pada judul yang sama dengan nama albumnya:

Technological advances really bloody get me in the mood
...
Kiss me underneath the moon's side boob

Alex sedang bersenang-senang. Dia sedang menantang dirinya sendiri dan teman-temannya untuk membuat satu karya seni yang tidak hanya memenuhi kepuasan pelanggan, namun dapat mereka nikmati juga sebagai sebuah karya yang mereka buat dengan bersenang-senang. Menurut saya, di sinilah poin yang saya kagumi. Bahwa dengan menjadikan seni itu sendiri sebagai tujuan dan bukan alat, maka seseorang akan mendapatkan apa yang ia cari ketika pertama menjalani seni. Dan tentu saja, hal tersebut tidak selalu, dan di mata saya bukanlah, masalah harta semata.

Metacritic memberikan nilai 74 dari 100 [3], sebuah nilai yang tentu saja tidak kecil karena nilai Metacritic merupakan sebuah rerata dari review-review lain. Majalah musik ternama di Inggris, Q, memberikan lima dari lima bintang [4], nilai tertinggi yang bisa didapatkan. Selain itu, album ini sekarang menjadi album dengan penjualan vinyl yang paling cepat terjual di Britania Raya, dengan terjual 25 ribu vinyl dalam rentang waktu satu minggu pertama [5].

Tranquility Base Hotel & Casino adalah satu contoh album yang, ketika dikorek dalam, menunjukkan bahwa seniman secara konstan diberikan pertanyaan "pasar atau seni". Kali ini, Arctic Monkeys memilih "seni" di atas "pasar", dan alhasil beberapa penggemar mereka marah dan kecewa. Di sisi lain, Alex berhasil membuat penggemar yang lainnya menjadi semakin jatuh cinta kepadanya dengan menyodorkan santapan yang bukan penggemar pesan, namun ternyata setelah disantap pun dikagetkan dan tentu akan kembali lagi untuk meminta lebih.

Agil Pramudya K.


[1] https://www.rollingstone.com/music/albumreviews/review-arctic-monkeys-tranquility-bass-hotel-w520154

[2] https://www.theguardian.com/music/2018/may/10/arctic-monkeys-tranquility-hotel-base-casino-review

[3] http://www.metacritic.com/music/tranquility-base-hotel-+-casino/arctic-monkeys

[4] Doherty, Niall (July 2018). "Tales of the Unexpected". Q. No. 386. United Kingdom. p. 106.

[5] http://www.nme.com/news/music/arctic-monkeys-set-new-record-with-massive-sales-2319102