Bagi kalian para penggemar Arctic Monkeys, sekilas cukup mudah disimpulkan bahwa album kali ini sangatlah berbeda dari album-album sebelumnya. Ketika masih dalam tahap produksi, Tranquility Base Hotel & Casino diharapkan oleh para penggemarnya untuk menjadi sebuah album baru dengan semua aspek-aspek ke-Arctic Monkeys-an lama yang selama ini para penggemar cintai. Karena, sesungguhnya mengapa tidak? Para penggemar sudah tidak sabar lagi. Ingat, album mereka sebelum yang ini, AM, yang memberi kita semua judul-judul yang "catchy" dan "sangat sing-along-able" seperti Do I Wanna Know?, Arabella, serta R U Mine?, dirilis tahun 2013.
Tranquility Base Hotel & Casino rilis pada tanggal 11 Mei 2018. Setelah dibiarkan lima tahun menunggu, penggemar Arctic Monkeys disuguhi santapan yang, sepertinya, bukan yang mereka "biasa" pesan. Tidak lagi dipenuhi oleh figur Arctic Monkeys sebagai penyedia brit-rock kontemporer yang mereka cinta, namun album kali ini dipenuhi oleh hal-hal baru - bagi penggemar, pula bagi Alex Turner sendiri sebagai singer-songwriter-producer dari album ini - yaitu suara, serta nada lagu yang akan kita dapatkan selayaknya kita sedang duduk di lounge sebuah hotel (dan kasino) dengan live band di depan kita. Tidak lagi muncul pertunjukan kepiawaian Matt Helders sebagai drummer, seperti yang kita dengarkan pada lagu-lagu pada album Favourite Worst Nightmare (2007). Tidak lagi muncul heavy overdrive - seperti tombol yang rusak dan tidak bisa lepas - pada gitar Jamie Cook dan Alex Turner dengan chord progression selayaknya band brit-rock (walaupun efek overdrive dan flange masih terdengar cukup jelas) selayaknya lagu-lagu pada album Suck It and See (2011). Semua itu, dan masih banyak lagi, telah ditinggalkan begitu saja oleh Alex Turner dkk.
Tentu saja, dengan perubahan ini, banyak penggemar merasa kecewa. Beberapa teman kuliah saya merasakan hal itu pula, pun banyak review dari para kritikus mancanegara di luar sana. Rolling Stone memberikan mereka dua bintang dari skala satu sampai lima [1], dan The Guardian memberikan tiga dari lima [2]. Mereka beranggapan bahwa, kutipan dari Rolling Stone,
"... they've tried a stylistic change-up that doesn't quite work. No shame in that. Sometimes restless artistry has a price. "
Terlepas dari itu, saya masih berpikir bahwa album ini adalah Arctic Monkeys yang tetap klasik, sama seperti dulu. Mengapa?
Seorang (ataupun empat orang) seniman dinilai berdasarkan banyak hal. Salah satunya adalah kontribusinya bagi seni, namun juga tentang bagaimana seni tersebut dapat disukai orang banyak - karena penikmat seni adalah manusia, dan selayaknya manusialah yang dapat menilai. Sebagian pula dari proses manusia "menikmati" seni adalah dengan mendapatkan apa yang dijanjikan/diharapkan. Namun, di sisi lain, seniman tidak bisa hanya mengandalkan kebahagiaan penikmatnya untuk bisa terus berseni. Seniman butuh pula kebahagiaan untuk dirinya sendiri, kebahagiaan dalam menghormati sebuah seni itu sendiri. Tanpanya, seniman-seniman tersebut memproduksi karya seni demi memenuhi pasar, tanpa seni itu sendiri bisa merefleksikan emosi ataupun pesan yang ingin seniman tersebut sampaikan.
Seniman kini dilanda sebuah konundrum, sebuah masalah yang harus dia pecahkan setiap kali dia memproduksi karya seni: yang manakah yang akan didahulukan, penikmat seni ataukah seni itu sendiri. Terkadang (atau bahkan seringnya), kedua hal ini berseteru - pasar menghendaki A namun pesan yang ingin disampaikan hanya dapat dikemas dalam bentuk B. Menurut saya, seperti itulah konundrum yang Alex Turner rasakan ketika menulis lagu-lagu pertama dari album ini. Penggemar menginginkan kembali AM, Whatever People Say I Am, That's What I'm Not dan album-album critically-acclaimed lainnya yang mereka suka.
Alex Turner ingin mengeksplorasi dirinya sendiri. Dengarkan lagu She Looks Like Fun, terdengar (dan dapat jelas terbaca di liriknya) bahwa Alex Turner sesungguhnya sedang bercanda, kawan-kawan. Lihatlah pada bagian chorus (apabila bagian itu memang bisa disebut chorus):
Good Morning
Cheeseburgers
Snowboarding
Dan bagian chorus keduanya:
Bukowski
Dogsitting
Screwballing
Alex Turner bercanda, kawan-kawan. Dia mengetahui salahsatu aset terbesar Arctic Monkeys adalah salah satu aset terbesarnya dia sendiri, yaitu sebuah aksen kental british yang "seksi". Alex mengetahui itu, dan dia bercanda dengan melemparkan kata-kata yang, per pengetahuan saya, sangat tidak jelas artinya, pun apabila ada. Dia sedang bercanda, seperti sedang ditantang teman sebayanya untuk "saya ingin lihat kemampuanmu menulis lagu, Alex. Saya tantang kamu untuk membuat kata 'Bukowski' terdengar bagus".
Selain itu, terdengar di lagu Star Treatment sebuah sindiran:
I'm gonna run for government
I'm gonna start a covers band and all
Banyak contoh-contoh candaannya yang lain, seperti pada judul yang sama dengan nama albumnya:
Technological advances really bloody get me in the mood
...
Kiss me underneath the moon's side boob
Alex sedang bersenang-senang. Dia sedang menantang dirinya sendiri dan teman-temannya untuk membuat satu karya seni yang tidak hanya memenuhi kepuasan pelanggan, namun dapat mereka nikmati juga sebagai sebuah karya yang mereka buat dengan bersenang-senang. Menurut saya, di sinilah poin yang saya kagumi. Bahwa dengan menjadikan seni itu sendiri sebagai tujuan dan bukan alat, maka seseorang akan mendapatkan apa yang ia cari ketika pertama menjalani seni. Dan tentu saja, hal tersebut tidak selalu, dan di mata saya bukanlah, masalah harta semata.
Metacritic memberikan nilai 74 dari 100 [3], sebuah nilai yang tentu saja tidak kecil karena nilai Metacritic merupakan sebuah rerata dari review-review lain. Majalah musik ternama di Inggris, Q, memberikan lima dari lima bintang [4], nilai tertinggi yang bisa didapatkan. Selain itu, album ini sekarang menjadi album dengan penjualan vinyl yang paling cepat terjual di Britania Raya, dengan terjual 25 ribu vinyl dalam rentang waktu satu minggu pertama [5].
Tranquility Base Hotel & Casino adalah satu contoh album yang, ketika dikorek dalam, menunjukkan bahwa seniman secara konstan diberikan pertanyaan "pasar atau seni". Kali ini, Arctic Monkeys memilih "seni" di atas "pasar", dan alhasil beberapa penggemar mereka marah dan kecewa. Di sisi lain, Alex berhasil membuat penggemar yang lainnya menjadi semakin jatuh cinta kepadanya dengan menyodorkan santapan yang bukan penggemar pesan, namun ternyata setelah disantap pun dikagetkan dan tentu akan kembali lagi untuk meminta lebih.
Agil Pramudya K.
[1] https://www.rollingstone.com/music/albumreviews/review-arctic-monkeys-tranquility-bass-hotel-w520154
[2] https://www.theguardian.com/music/2018/may/10/arctic-monkeys-tranquility-hotel-base-casino-review
[3] http://www.metacritic.com/music/tranquility-base-hotel-+-casino/arctic-monkeys
[4] Doherty, Niall (July 2018). "Tales of the Unexpected". Q. No. 386. United Kingdom. p. 106.
[5] http://www.nme.com/news/music/arctic-monkeys-set-new-record-with-massive-sales-2319102