Monday, August 28, 2017

Bahagianya Kesederhanaan!

There I was...

diem di depan hape, iseng scroll instagram, menghabiskan waktu dengan kegiatan-kegiatan standar, berniat meneruskan kegiatan ini sampai nanti malam saat ada janji berkopi ria bersama kawan-kawan. Pokoknya hari yang sangat biasa, sudah mulai tahap di suatu hari ketika kau tau hari ini akan jadi menyenangkan, mem-bete-kan, atau membosankan. Sebelum hal itu terjadi, semua audiens neuron-neuron otak aing mayoritas menggunakan hak pilih untuk mem-vote "hari yang membosankan" di antara pilihan-pilihan barusan. Yah, why not? Pergi pagi (agak lebih pagi dari biasanya) untuk kuliah jam 7 pagi, selesai jam 10, lalu ketika teman-teman lain mengambil kuliah pilihan prodi untuk menghabiskan jatah SKS, aing terlelap di sekre, sedikit menyesali beberapa keputusan dua semester lalu yang menyebabkan nilai aing anjlok sampai ga bisa ambil 24 SKS, jadi hari senin selalu sekosong ini.

Lalu, ingat aktivitas yang aing lagi lakuin? scroll instagram, ntaps kali kalian. Terpakulah kedua bola mata aing ke salah satu post dari seseorang yang udah lama aing ga sapa, ga chat, bahkan ga saling like instagram atau line. Post itu milik seseorang yang sangat penting di hidup aing, makanya aing rela berlama-lama ngeliatinnya (emang lagi gabut juga kan yak).


Selesai liat post-nya, yang.. should I say.. agak gapenting, aing cek profilnya. Iseng juga lagi ah. Di sana, tepat di profilnya yang sudah lama juga ga aing liat, ternyata tertera link tumblr seseorang itu. Cukup excited karena kepo dan ada rasa pengen dia dedikasikan tulisan ketika dulu aing dan dia mulai menjauh, aing buka dan aing baca satu satu.

Apa yang aing temukan disana cukup.. breath-taking, to say the least.

Di sana, aing temuin seperti adanya tumblr seorang wanita kuliahan biasa, yang punya pacar dan (terlihat) sedang menjalani hidup yang luar biasa. Agak berbeda dengan filosofi aing, dia menggunakan tumblr itu sebagai media bukan hanya ketika dia sedang merasa ingin menulis dan/atau membagikan hasil jepretan foto (yang aing akui, cukup bagus), tetapi utamanya juga, ketika ia sedang merasa bahagia. Ya, bahagia! bukan rasa sedih atau bete atau lain yang sifatnya negatif! Wah ini tentu sebuah breakthrough di otak aing yang selalu mikir tulisan itu ditulis ketika penulisnya merasa emotionally vulnerable. Ah gitulah pokoknya.

Namun, bedanya dengan media sosial anak gadis muda biasa yang dilanda cinta-cintaan, travelling jauh nan alay dan/atau lagu taylor swift, dia terlihat sangat bukan seperti itu. Di tumblr itu aing menemukan sebuah keseimbangan yang harmonis, yang sehat antara post tentang cinta-cintaan, travelling jauh non alay (karena kampungnya memang jauh) dan Taylor Swift yang sampai saat ini (sepertinya) masih jadi idolanya. Aing tidak menemukan foto-foto pacaran alay, aing tidak menemukan postingan yang sangat berbau kesedihan atau kritik terhadap dunia ini, aing tidak menemukan banyak yang aing anggap normal untuk anak kuliahan jaman sekarang. Tidak. Yang aing temukan justru menunjukkan seorang wanita cerdas dan dewasa.

Ga, aing ga nemuin yang aing cari di sana. Aing ga nemuin postingan galau dan postingan tentang aing. sedih. atau apapun. Semua menunjukkan bahwa segala yang terjadi, antara dulu dia menjadi pengaruh besar di hidup aing (entah gimana sebaliknya) sampai sekarang telah membuat dia menjadi seseorang yang jauh lebih.. lengkap. Bukan maksudnya lengkap tuh sempurna lalu aing makin sedih atau makin pengen sama dia atu apa, tapi menjadi manusia yang lebih lengkap lagi. Bahkan lebih dari aing sendiri, walaupun aing terbiasa menganggap diri sendiri lebih benar dibanding orang lain #AchievementUnlocked

Dan efeknya? Kenapa aing nulis panjang-panjang cuma buat 

Setelah baca tumblr-nya sampai habis, aing merasa terinspirasi. Suatu kata yang jarang aing gunakan untuk merujuk aktivitas atau keadaan yang terjadi di hidup aing sendiri. Jarang aing merasa terinspirasi, karena aing merasa sudah banyak yang aing ketahui, sudah banyak yang aing rasakan. Tapi akhirnya aing merasa sudah cukup arogan diri aing ini. Aing setelahnya merasa sangat bahagia. Aing jadi merasa lebih bersyukur, ketika aing baca post dia tentang ibu pada Hari Ibu kemarin. Aing merasa overwhelmed, dengan perasaan bahagia yang aing jarang rasain - rasa bahagia tanpa syarat, tanpa aing butuh mendapatkan manfaat dalam bentuk apapun tapi cukup bahagia melihat orang lain bahagia.

Jadi, aing merasa sangat berterima kasih ke dia. Setelah baca, aing tersenyum sendiri lalu aing memutuskan pulang ke rumah, istirahat, mulai ngerjain tugas dan mulai peduli lagi dengan keadaan rumah yang ditinggal orang tua untuk pergi haji (alhamdulillah). Aing merasa punya idola baru. Bukan, bukan idola yang kalian kira selalu ada di hari-hari aing tanpa selesai memikirkannya, atau mencoba proses identifikasi berlebihan sampai aing ingin menjadi sama seperti dia, atau idola, like, suka dia sayang dia dan nungguin dia sampe putus sama pacarnya. Bukan, bukan itu. Aing mendapat idola baru, yaitu seseorang yang aing beri tempat spesial di hidup aing, yang tanpa ragu telah membuat diri aing jauh lebih baik lagi dari sebelumnya. Dulu, dia sempat memegang kuat tempat itu namun sempat aing obrak-abrik ketika kita menjauh. Tapi, tanpa satu pun melayang kata maaf (selain yang udah pernah diucapkan sebelumnya dulu) atau tanpa sempat pun bersalam-salaman atau berbasa-basi, aing merasa telah mendapatkan suatu hikmah yang begitu besar - yang membuat aing sampe sejauh itu ingin cepat pulang dan langsung menyalakan komputer untuk menulis ini, sekarang. 

Kalo kamu baca ini sekarang (agak ga mungkin ((sangat ga mungkin)), tapi gapapa lah, bisi), terima kasih banget buat segalanya. Maaf lahir batin, kita belum sempat saling mengatakan hal itu, secara formal ataupun ikhlas. Semoga selalu bahagia, dirimu, aku akhirnya udah sepenuhnya percaya teman cowok-mu bakal membawa pikiran dan kedewasaanmu menuju tempat yang lebih baik lagi, dan semoga dia seserius itu untuk membahagiakanmu sampai akhir nanti. Semoga selalu dibanjiri oleh rejeki-Nya, rejeki Allah SWT, dan semoga rejeki itu selalu sampai kepada keluargamu, sahabat-sahabatmu, dan siapapun yang kamu anggap penting di hidupmu. siapa tau bener di hatimu ada sebersit permohonan maaf ataupun terimakasih padaku, tenang ae. Tentu saja aku lebih nunggu saat itu ketika kita sudah santai, sudah ngobrol lagi, di atas kopi, menertawakan segala hal yang kita lakuin dulu, dan aku janji ga bakal baper lagi (lol). Tapi ini pun cukup.

Pernah ga, sih? kalian cuma membaca beberapa post seseorang lalu setelahnya merasa bahwa hidup aing akan jauh lebih baik lagi?
Nah, segitu hebatnya orang itu di hidup aing.

Makasih, kawan! Semoga kita suatu saat benar-benar in the clear, benar-benar out of the woods

RumahQ, 28 Agustus 2017, H+1 Day 2 Pesta Laut 2017, lelahnya masih menyangkut di tulang-belulang.








--Buat kau, yang agak lebih mungkin membaca ini, maafkan kalo post ini agak gimana-gimana. Tapi aku tau, dengan kedewasaanmu pasti kau ikut menghormati temanku ini, sama seperti aku. Suatu saat akan kuceritakan selengkapnya tentang aku dan temanku yang kuceritakan ini. Semangat terus berkemahasiswaan! Semoga masih kau inginkan penantianku, namun pada akhirnya semoga bisa kau raih kebahagiaan yang kau inginkan, terlepas adanya diriku maupun tidak--

Wednesday, August 23, 2017

Satu Jam

Wow. Hari yang sangat menarik.
Hari ini ditutup dengan menutup mata sejenak di tempat yang mulai agak asing bagiku, Salman. Ya mungkin dengan sedikit keterpaksaan pula memutuskan untuk ke sini, karena takut ganggu kalo ke apartemen temen, dan takut kecelakaan kalo langsung pulang.

Tapi jadi ngebuat mikir sih ya. Dulu ga pernah mikir gini sih. Dulu selalu mikir, 
"perlakukanlah orang sebagaimana anda mau diperlakukan orang lain. Niscaya mereka akan melakukan hal yang sama"
Dulu jadi pegangan banget di hidupku. Sekarang, entah lingkungan entah diri sendiri yang memaksa mengubah kalimat itu. Sama, namun cuma sedikit perubahan, dengan kalimat kedua dihilangin sepenuhnya.
Masih jadi perdebatan batin juga sih, apakah worth it pemikiran seperti ini? Yang mengagungkan orang lain, jadi pahlawan, tapi diri membiarkan diri sendiri terinjak2 dan dicudahi ketika aku butuh pertolongan. Aku ngerti kok, ga semua orang mau, dan bisa, ngebantu aku. Memang, ga ada "tapi"nya. Cuma sekarang susah aja menemukan orang lain yang berprinsip sama denganku. Jadi bisa sreg, karena memang hanya bisa sreg ketika mereka pun bisa menghargai aku dan pengorbananku.
Mana ya?

Ah ngomong apa sih.

Mungkin cukup tidur sejam dulu lah ya. Maafkan penduduk salman yg terbangun nanti kala alarmku nyala, mungkin agak keras.

Tuesday, August 15, 2017

For Simple-Minded Fools

Oke, saya orang Bandung, saya tuan rumah dari ITB. Apa berarti saya tahu segala seluk-beluk Kota Bandung dari restoran terenak sampai ceruk terkecilnya? Apa berarti saya punya pengetahuan afdol mengenai semua taman indah di kota ini, semua penjaja cendol yang buka pukul lima pagi, semua toko plastik murah selain Jalan Cibadak? 

Oke, saya anak ITB, alhamdulillah diterima di program studi Teknik Kelautan beberapa tahun yang lalu. Apa berarti saya telah bisa menjelaskan setiap fase dan durasi pasang-surut Pantai Pangandaran? Apa berarti IPK saya selalu di atas tiga koma? Apa berarti, dengan saya anak ITB, saya tergolong pintar?

Oke, saya bawa mobil ke kampus. Apa berarti saya selalu bawa mobil? Apa saya tidak lelah dengan macet Cimahi-Bandung via Tol Pasteur dan kerusuhan Jalan Dr. Djundjunan? Apakah dengan keluarga saya bisa meminjamkan mobilnya untuk saya, dompet saya pasti sebegitu tebalnya sampai bensin dan parkir setiap trip saya tidak saya hiraukan? Apa berarti saya selalu free, selalu sedia untuk membantu kalian-kalian yang seenaknya meminta bantuan cuma karena saya punya mobil?

Oke, saya Mentor saat INTEGRASI lalu. Apa dengan begitu saya kenal semua anak mentor angkatan saya? Apa berarti saya benci dengan keamanan dan medik, dan saya sulit bekerja sama dengan mereka? Apa berarti setiap profil mahasiswa tahun pertama dan kedua saya terpenuhi, saya bisa mengulang potensi posisi dan peran mahasiswa, dan saya bisa meng-icebreaking setiap suasana? Apakah saya PASTI mendukung konsep INTEGRASI dan/atau OSKM yang sekarang?

-----

Oke, gini loh temen-temen.

Tolong buang segala persepsi murahanmu tentang semua orang. Tolong, tolong saya, jangan lagi berpikir bahwa SEMUA orang lain lebih bodoh, pola pikir orang lain tidak ada benarnya, dan semua orang itu melakukan semua hal tanpa alasan yang jelas.

Apakah maksud saya tidak ada orang yang bodoh, yang tidak benar dan tidak jelas alasannya? Tentu ada kawan, tentu.

Tapi apakah anda merasa sebegitu yakinnya, bahwa teman dekatmu lebih bodoh dari anda? Apakah secara statistik anda bisa memprediksi bahwa anda seorang jenius di antara kumpulan dungu? Singa di antara domba-domba? 

Cobalah pikir lagi dengan lebih generous, lebih husnudzan, lebih baik. Teman anda tidak datang acara himpunan, atau forbas malam ini, apakah berarti dia malas, mager? Seorang antisosial? Seorang yang tidak suka dengan himpunan? 
Coba mulai pikir, mengapa dia tidak datang? Alasan ketidakdatangan dapat dibagi dua golongan, yaitu memilih tidak datang atau terpaksa tidak datang. Memilih tidak datang? Terbagi jadi beberapa, yaitu di antaranya karena merasa tidak ada manfaatnya, ada manfaatnya namun masih berpikir aktivitas lain lebih bermanfaat, dan ada manfaatnya namun memilih tidak mengambil manfaat tersebut. Terpaksa tidak datang? Mungkin sakit, mungkin merasa potensi akan adanya bahaya, mungkin tanpa sumber daya untuk melakukan perjalanan, dan lain lain. Dan seterusnya.

Ingat, tidak ada kata mager di dalam sana, karena mager hanyalah alasan yang kita konstruksi untuk memperpendek alasan yang sebenarnya, entah kita sadari alasan tersebut ada ataupun tidak.

Masih berpikir orang lain bodoh? Masih berpikir mager itu males gerak?

----------------------------------------------------





Rumah, tanggal forbas OSKM 2017
Apakah dengan menulis ini, saya berarti sedang bermasalah dengan orang lain?

Saturday, August 12, 2017

Batu Bata yang Cacat

Ceritanya, ada seorang bapak kuli bangunan. Dia hidup seadanya, dengan nafkah yang ia dapatkan menyusun batu bata dan menempelkannya dengan semen. Alhamdulillah, penghasilannya cukup untuk membiayai keluarganya, dan ia hidup dengan kesederhanaan yang ia anggap cukup untuk menjalani hidup dengan bahagia. 

Suatu hari, ia mendapatkan pekerjaan untuk menyusun sebuah ruangan kecil, sekitar 4x4 meter untuk ekstensi sebuah rumah di pinggiran kota. Dia menyelesaikan dinding-dindingnya dengan baik, namun tentu tidak ada yang sempurna. Setelah dinding-dindingnya selesai disusun, ia mengajak anaknya untuk melihat pekerjaannya. Anaknya, seorang gadis yang teliti dan perfeksionis namun masih kecil dan sangat lugu, melihat sedikit cacat pada dinding yang ayahnya buat, seraya bertanya

"Ayah, apakah dinding ini bisa ayah bongkar lagi?"

"Mengapa ayah harus membongkar dinding ini, Nak? Bukankah ayah mengerjakan dinding ini dengan sepenuh hati?"

"Benar Yah, tapi aku batu bata yang itu agak miring. Itu sangat tidak enak dilihat", sambil menunjuk ke arah batu bata yang dimaksud.

Sambil tertawa, ayahnya merangkul gadis tersebut dan berkata

"Gadisku yang manis, ayah paham mengapa kamu berpikir seperti itu. Memang, ayah pun sedari tadi melihat batu bata yang miring itu"

Gadisnya menjawab,

"Lalu mengapa ayah tidak membongkar dinding itu? Setidaknya ayah bisa membongkar beberapa batu di atasnya, sehingga tidak terlalu merepotkan, bukan?"

Si bapak itu merasa senang dengan ketelitian anaknya. Namun, bapak itu menjawab dengan penuh kebahagiaan,

"Benar nak, ayah memang terganggu dengan batu bata yang satu itu. Namun, cobalah lihat sekelilingmu."

Gadisnya pun bingung dengan apa yang ayahnya maksudkan, karena tidak ada apapun yang spesial dengan batu bata lain di sekitarnya. Sebelum sempat bertanya, ayahnya menjelaskan

"Tidak terlihat spesial, bukan? Namun, dinding ini bisa ayah lihat sebagai sebuah dinding yang sempurna.

"Ayah melihat dinding ini sebagai kesempurnaan, karena menurut ayah kesempurnaan bukanlah sesuatu yang benar-benar bersih, tanpa cacat. Kesempurnaan semacam itu hanya milik Allah, ingatlah itu nak.

"Lihat sekali lagi dinding sekitarmu. Ketika ayah melihat batu bata miring itu, ayah bukan berpikir tentang sebuah kecacatan yang merusak keindahan ruangan ini. Sebaliknya, ayah melihat lebih dari lima ratus batu bata yang tersusun rapi, tanpa cacat sedikitpun."

Gadis itu pun tersadar, bahwa memang semua batu bata lain tersusun dengan sempurna, tanpa miring sedikitpun.

"Ruangan ini seperti manusia pada umumnya, dan kamu pun melihat dinding ini seperti orang lain pada umumnya. Ketika orang membicarakan orang lain, mereka cenderung fokus akan hal-hal yang jelek, yang tidak sempurna, yang cacat. Padahal, ketika mereka mengenal orangnya dengan lebih baik lagi, mereka akan mengenal bahwa manusia itu disusun oleh banyak sifat yang sangat, sangat dinamis, antara baik dan buruk.

"Maksud ayah adalah, kelak di hidupmu nanti akan ada banyak orang yang menyalahkanmu, yang membicarakan tentang kejelekanmu di depan orang lain, dan mungkin itu akan mengganggu kedamaianmu. Pesan ayah hanyalah satu, yaitu bahwa itulah sifat manusia pada umumnya. Mungkin tahi lalat pada wajahmu akan ditertawakan oleh teman sekelasmu, tapi sadarlah bahwa rambut hitam panjangmu sangatlah indah untuk dilihat, mata coklatmu bersinar walaupun malam gelap, dan senyummu pun menyala seperti halnya mawar merah yang merekah"

Sambil tersipu malu, gadis itu tetap mendengarkan

"Dinding ini memang tidak sempurna, iya, apabila konsep kesempurnaan itu ialah hal yang tanpa cacat. Namun, kesempurnaan seorang manusia bukan dilihat dari seberapa banyak kejelekannya dibandingkan dengan kebaikannya, namun dengan segala hal yang bisa orang itu perbuat dengan apa yang ia punya. Dinding ini, dengan kecacatan batu bata yang satu ini tetap akan berdiri tegak, mungkin sampai lima puluh tahun lagi, dan tidak akan berbeda dengan apabila dinding ini benar benar seratus persen tanpa cacat. 

"Maka dari situlah harusnya kamu melihat sebuah kesempurnaan, nak. Janganlah lihat satu batu bata jelek di dalam orang lain, namun lihatlah 499 batu bata lainnya yang tersusun rapi, yang bekerja bersama satu sama lain menghasilkan seorang yang berhati mulia. Sadarilah pula bahwa dirimu sendiri pun memiliki satu atau beberapa batu bata yang miring. Ketahuilah batu bata mana saja yang cacat, dan daripada fokus memperbaiki batu bata itu dan meresikokan miringnya batu bata lain ketika kamu merubuhkan dindingmu, berperilakulah sebaik mungkin dan gunakanlah semua batu bata lurusmu untuk berguna untuk orang lain dan beribadah kepada Allah SWT. Ketika itulah, kamu akan benar-benar bisa bahagia dalam kondisi apapun"

--

Diambil dari cerita apa yak, lupa judulnya, dari buku "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya", dengan (banyak) perubahan karena lupa juga katakata aslinya harusnya gimana. Buku karya Ajahn Brahm




PM, 12 Agustus 2017
Ketika bisa tidur dengan nyenyak saat ia kesakitan memperjuangkan nyawanya